Rabu, 10 Agustus 2011

BUKAN ACTING

Karina Jacqualine Eman

Aku menghapus make up yang biasa menghiasi wajahku.
Aku melepas kostum yang biasa ku pakai.
Aku keluar dari karakter yang biasa ku perankan.
Aku berhenti memainkan naskah yang biasa ku mainkan.

Ini bukan soal acting lagi.
Karena acting tak bisa menarik perhatianmu,
Tak mampu pula meluluhkanmu.

Aku berhenti berakting.

TOLONG JANGAN TERSESAT !

Sebuah Kritik Atas Cerpen "Tersesat" karya Achi Breyvi
Christy Sondey

A. Pendahuluan

Aku menangkapmu dalam jaring yang kau ciptakan untuk menjebak diri agar terus hidup dalam karya dan teks. Sesungguhnya, adalah kelebihan yang tak ku sangka. Bahwa biasanya diumurmu, kau menulis hanya catatan harian atau sebaris puisi cinta saja. Atau juga tidak sama sekali merangkai kata, hanya menulis bahan-bahan studi dan sms singkat saja.

TERSESAT

Achy Breyvi

Aku berkisah tentang saat itu, Hujan turun begitu deras sementara mentari tereliminasi untuk sejengkal waktu, sedangkan jaket hujan yang ku pakai cukup mantap melindungiku agar tak basah. Langit terus menangis meratap tak kunjung henti bahkan awan cemberut begitu lama semenjak angin bertiup dan seiring jantungku berdetak. Sekumpulan kodok mulai bernyanyi sumbang. Lalu ku duduk sebentar melihat kompas tua yang ku pegang di tangan kiriku seraya ku menampung air hujan yang jatuh supaya bisa menjadi pelepas dahagaku di kala itu , walau hanya untuk sekedar memuaskanku dari kehausan setelah panas tadi menyengatku.

Rabu, 03 Agustus 2011

KE ATAS ATAU LURUS

Ie Hadi G


Bila ada tawa, biarkan
Ada tangis, ada pertemuan, ada perpisahan, biarkan
Sebab bila ada satu mau maka kan ada dua jalan
Ke atas atau lurus
Sehingga bila ada benci, ada cinta, biarkan

Tapi bila ada ada korupsi, jangan dibiarkan
Karena itu mengenai urusan jalan
Apakah ke atas atau lurus


(created on 19th Mei 2003. Seri : 
"Rekaman jejak proses kreatif dari kepenyairan Ie Hadi G". Karya yang pernah diterbitkan Yayasan TagonGong tahun 2005 melalui buku "Pasal-pasal Kitab Raung Angin".)

PUNDAL'RE

Vick Chenorre

ia sikaengu
kau pundal'reku
kadua nutatata su laude

lua simongo kere tenting papuso
simongo kere tebi papiti
arengu sumahoka nakoa sal'ru
su dahaku

PULANG

Billy Ch. Manoppo


kembali, senja tiba di sini
sebatang pohon tua, tersenyum dalam lambaian daun - daunnya
menyambutku pulang

Rabu, 06 Juli 2011

AKU DAN THEATER CLUB

Epi Pangkey

Kami Theater Club...

Kami adalah organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang paling SPAN di Fakultas Sastra...

Kami orang orang yang jenius...
karena kami sabar menunggu kapan kami lulus...

BINGUNG

Garydhels Pontoh
bingung..
entah aap yang sedang terjadi..

bingung..
entah apa yang terlewati..

bingung..
entah apa arti smua ini..

DIAM 1000 BAHASA, HILANG 1000 WILAYAH

Epi Pangkey

Bahkan Google Translate tak mampu menerjemahkanmu.....
Kau diam membisu bagaikan spanduk politikus.....
Sungguh aku tak mengerti.....

Mantos bukan lagi tempat kita sering jalan bersama.....
Mana mungkin kau kucari di belakan Marina?
Sebenarnya.....kau ada dimana sekarang?

UNTUK MENGINGATMU

Diani Chrifilda Kekung


Hallo apa kabarmu kini????

Ingatkah kau tentang
“i love you”
Yang masing masing kita tuliskan dengan tinta hitam
Di telapak tangan kita?
Tetapi mungkin saja
Bukan di telapak tangan yah?

LALU?

Achy Breyvi

jemariku menari menyapu bersih setiap huruf di keyboard ini..
kala itu senja..
mentari takluk ketika malam menyeringai dari kejauhan..
dengan bermodalkan sebongkah harapan,.
aku terus bergerak berpindah dari kakiku ke kaki yang lain..
tapi,.
aku mulai kebingungan ..
semuanya terlihat samar - samar..
lalu ?

PARA DEWA SASTRA

Epi Pangkey

Setiap kali mereka datang...
Dari suara langkah kaki pun sudah menunjukkan identitas mereka...
Aku melihat mereka dari bawah...
Punggung mereka bercaya...
Mereka sangat TERANG...

Suara dan gerak gerik mereka lah yang selalu diperhatikan...
Aku...?
Aku adalah mata itu...

Rabu, 22 Juni 2011

SEMUANYA MEMBURU BAK DENTINGAN JARUM JAM BERGERAK MENJEJALI ANGKA 1 SAMPAI 12

(sebuah reportase pementasan)
Christy Sondey

Menjelang sore, pada kepadatan lalu-lintas Manado yang memuat ribuan kendaraan hilir- mudik, lebih kepada pemandangan sebuah kota besar namun kecil ruangnya, hingga besar kelihatan kecil, dan kecil kelihatan besar.

Ku pacu langkah kaki ini., segera.. itu kata yang memompa adrenalin sampai ke otak hingga kedua kaki terasa pegal,,waduh, mereka pasti jengkel dengan saya yang belum menunjukkan hidung ku yang mancung ini,,lebih parah lagi si Brandal sainganku itu,,bisa saja mensabotase semua pekerjaan yang ada,,nanti habis bagianku..hah.hah.hah,,

CELOTEH EPHIE

Epi Pangkey
Pada jaman dahulu kala...
Di sebuah dusun kecil...
seorang yang sangat miskin bernama Vick Chenorre hidup...
Hanya beralaskan tanah... dya hidup dengan makan pisang seadanya dan main laptop di areal wi-fi dusun itu...

Suatu hari seorang penyihir jahat bernama Ampuang Gedoan mengganggu ketertiban di daerah pinggir pantai...

OMBONG

Agnes Assa
Ombong ..
Sekarang perjalanan so amper stengah, rasa dingin so mlai sengat ja dpa rasa pa ta pe kulit ..
Ribut ! Ujang keras tambah deng guntur ...
Beking jantung ba pompa cpat ...
Kaca oto mulai ba ombong , jalan so mulai ndak ja dapa lia ...
Baele sopir pe mata masih terang ...
Tambah le, aksesoris salib da ta gantong di bawah kacang bayang beking torang percaya mo tiba deng selamat ....

Puisi By Achi..

aku ???

siapakah aku ??
semakin hari aku hampir terhilang..
yahh..
terhilang dari bayang bayang nyata..

siapakah aku ??
semakin ku mencoba membuka mataku,
semakin erat bola mataku menutup rapat..

siapakah aku ??
apakah aka hanya sekedar doa ?
ataukau hanya seonggok harapan ?
atau bahkan hanya segumpal sesal ?

otakku tak mampu beroperasi terlalu jauh
jika hanya untuk memecahkan siapa diriku..

bulan pun enggan..
apa lagi mentari..
bahkan pucuk pucuk angin tak mampu mengisyaratkan
siapa sebenarnya aku..!!

woooooww!!!
sialan kau AKU!!!!!!!!!
bangsath!!!

wwwooooww!!!
siapa yang ingin melawanku ?
hantam kepalaku saja!!
jangan wajahku..

karna dengan begitu mungkin aku bisa tersadar..
atau terbangun..
lalu menyadari siapakah aku...!!

hingga detik detik ku tutup tulisanku ini,
aku masih tak tahub siapakah aku.!!

puiihhh..!!
aku tak ingin membayangkan siapakah aku lagi..!!

biarlah hatiku menderai..

SEBUAH REPORTASE YANG SERING DILIHAT DI TELEVISI TETAPI TIDAK DISIARKAN...HOHOHO


Oleh : PANGKY PONGGELE

Seperti hari sebelumnya...lagi – lagi saya terlambat...wah...ana sangat bermasalah dengan waktu dong kalu githu...maafkan Dirum kalian ini ya...! wah ini hari lagi aku melewatkan kesempatan untuk mandi dan bergegas ke sekretariat Theater Club..Soalnya ibu Produser sudah marah – marah...
Di sekretariat anggota belum banyak yang berkumpul...sayapun sibuk membantu bapak Sutradara untuk menyiapkan beberapa properti yang bisa dikumpulkan...
Sembari sibuk menyiapkan properti – properti saya meresakan keganuan yang amat sangat dan sayapun bergegas untuk basiaram rabu – rabu dikos...pas ba bale, e... dorang so di atas oto kong so lebe dulu ke pinkan matindas...

Sabtu 4 juni 2011
Tak terasa pentas produksi Theater Club akan dilaksanakan hari ini yang akan melakonkan naskah “Republik Tikus” Dean Joe Kalao yang akan disutradarai oleh Hans liberty Makalew.
Dari pagi tampak sibuk apalagi kalo so di pinkan...maklum torang belum pernah observasi panggung dan tempat...itu pun dikarenakan sesuatu dan lain hal...tapi hal ini tidak menurunkan semangat dan rasa yang terus mengebu – gebu ketika tiba di pinkan...semua tampak sibuk...kong ana dapa inga torang butuh printer...langsung saja tanpa berhitung...”king, iko deng kita...”
King le io io...pas dijalan king da tanya “torang mo kemana pang?,torang mau beli rokok dikampus..(hahahahah)”tertawa jo untuk mengisi rasa lelah yang tengah membebani...kita deng king da mau pi ambe printer pa sayangku KRISTI SUTARNO yang sekaligus juga untuk mengingatkan ke dia kalu bisa merekam pementasan ini...
Memang pentas produksi kali ini terasa berbeda dengan pentas produkis sewaktu ana masih menjadi “Raising Star” bersama 3 Idiots ditahun 2009 dan sekarang so jadi Dirum...wah perasaan yang terus bercampur aduk ini dan pikiran yang negatif berusaha ku buang jauh – jauh dari ruang pementasan ini...
Selaku Dirum ana so gambar akan banyak kritikan,tamparan,sangahan,tekelan,dan caci maki yang akan tersedia yang seakan siap disantap...
Begitu fani memasuki panggung seakan ada yang meniupkan peluit tanda kick off sudah dimulai dan tak ada jalan mundur lagi...
Ibu Produser Paramitha Koagow pun membuka acara ini...satu persatu performencepun timbul...baca puisi oleh saudara eco,billy, dan atraksi sulap dari Dirum Theater di Politeknik Manado...


Para Aktor dan Aktris
Kunci untuk mendapatkan akting yang sempurna tentu saja sama seperti yang sudah warrior coy katakan adalah imajinasi...dan tentu saja bagi kita warrior udung belum mendapatkan imajinasi yang maksimal karena klimaks naskah ini akan dimulai dari W.U.
Akan tetapi saya yakin dan percaya semua aktor dan aktris sudah berusaha untuk mendapatkan imajinasi yang selama ini terpendam tetapi mungki saja belum maksimal...

TIM PRODUKSI
Tim produkis kali ini sungguh diluar dugaan yang mampu untuk melaksanakan pementasan yang berada di luar kandang...sungguh capaian yang luar biasa yang tidak bisa dianggap sebelah mata walaupun belum maksimal...
Acungan jempol pantas untuk diberikan kepada saudari Paramitha Koagow yang bisa mengiring timnya untuk bekerja dengan segala macam kritikan yang masuk...(salut untuk artis score kita)

S.I.P. Rabu 8 June 2011





Minggu, 19 Juni 2011

Pentas Produksi Republik Tikus: Sebuah Catatan Yang Tersisa

Oleh:
Ie Hadi G

Produksi pertunjukan teater yang digagas Theater Club Manado (TCM) pada tanggal 4 Juni 2011 yang belum lama ini dihelat di Gedung Kesenian Pingkan Matindas Manado patutlah ditandai sebagai tonggak penting dari sejarah perteateran di Sulawesi Utara. Digawangi produser muda Paramitha Koagow dan wajah baru dari sosok sutradara Hans Liberty Makalew, naskah Republik Tikus karya Dean Joe Kalalo akhirnya berhasil dihadirkan sebagai sebuah sajian pertunjukan dengan warna yang berbeda.
Peranan TCM sejak berdiri tahun 2006 memang selalu berada sebagai penyelamat kancah perteateran Sulut; sejak mengalami fase sepi tatkala para praktisi teater Sulut hanya sibuk mengurusi lomba-lomba teater namun enggan menunjukkan eksistensi keseniannya yang lebih nyata melalui sebuah manejemen produksi yang digarap profesional, tanpa menempeli bentuk gelaran kegiatan lain.
Menurut Huruwaty Manengkey, mantan Direktur Umum TCM, sejauh ini organisasi teater yang bermarkas di Fakultas Sastra Unsrat Manado tersebut telah berhasil melakukan pentas produksi sebanyak lima kali.
Di antara kerunyaman penggarapan yang berkaitan dengan berbagai hal seperti tempat latihan, kedisiplinan tim produksi dan penyutradaraan, minimnya dana, serta beberapa kendala teknis lainnya; Republik Tikus (RT) tetaplah sebuah sajian pertunjukan yang paling dinantikan oleh publik seni pertunjukan di Sulut. Jenry Koraag, seorang pelaku seni sekaligus anggota Litbang TCM, mengakui pertunjukan RT telah mampu menjawab ‘kehausan’ kreatifitas Sulut. “Sekalipun masih banyak kekurangan secara teknis penggarapan, namun secara umum pertunjukan tersebut merupakan hal yang luar biasa”, papar Koraag.
Edy Saleh, salah satu penonton, mengungkapkan rasa salutnya terhadap langkah yang ditempuh TCM yang senantiasa berkiprah dan menjawab kerinduan banyak pihak yang senantiasa mengharapkan adanya pertunjukan teater seperti itu.
Sementara itu, Fredy Wowor, pelaku seni, mengatakan, “Yang saya apresiasi dari pertunjukan ini adalah kemampuan Theater Club yang bisa menghadirkan wajah-wajah baru di atas panggung”.(***)

Rabu, 09 Februari 2011

Puisi-Puisi Huruwaty Manengkey


AKU, KAU DAN SEPI


Detik menitik jatuh
Aku, kau
Tenggelam dalam aroma angkuh
Lalu sengaja kita biarkan bibir terkatup
Meski hati terus meletup
Perang sudah di mulai
Tapi tak ada gemuruh lontaran peluru
Hanya aku dan kau
Saling membunuh dalam sepi



  
MASIH SAMA


Meski purnama berkali-kali ganti nama
dan Jejak gemar jejaki pilu dan air mata
semesta masih saja serupa
hari inipun masih kemarin
Berkecamuk semu

Senyap kerap merayap ziarahi menit-menit usang yang tak kunjung tumbang
aku masih setia retasi kemarau
Menyatu bersama debu dan air mata
Jatuh cinta pada kucuran darah
tenggelam dalam pencarian penuh peluh
Hingga detak jenuh gelitiki rindu
lalu geliat tak lagi seirama

bahkan otakku pun terlanjur kebal tafsirkan getar
jadi aksara
lantas purnama siapa yang kan sisakan nada?
Barangkali hanya ada aku yang akan terperosok
dalam penungguan ini
Hingga derap menjejak
ketika angan terlepas di cakrawala




BUKAN PATUNG PAHATAN


Ketika malam menggendong purnama
Aku terhempas lagi dalam episode usang
Lidah membatu lengkungkan aksara yang berdenyut
Seperti tak bernyawa, aku hanya memaku
Bisu…
Segerobak puisi kering terus berdetak di kedalaman benak
Ah, bosan!!!
Sudahlah,,
Berhenti berkaca pada cermin tua
Berapa banyak jejak yang tertinggal??
Hitunglah,,
Lalu pandangi langit hari ini
Hingga kaupun tahu,
Rembulan bukan kenangan
Dan,
Aku bukan patung pahatan!!!




SEBUAH TANYA


Hatiku kah yang terlanjur membatu
Hingga dentang suaramu hilang dalam gendangku?
Seribu diam terlanjur bungkam rasa
Lalu,,
Seperti penanda,
Layaknya kelabu sebelum awan menangis
Akankah kisah ini akan berakhir tragis??

Sunyi…

Anginpun enggan berdesir




 KETIKA SUA SIRNA


Aku jatuh cinta pada sepi
Ketika arungi linangan purnama
Belajar gemar dengar nyanyian jangkrik
di pinggir rawa
Berkawan gemintang dan tarian kelelawar
Sayang, detik tak bisa setia
Ia gencar khianati debar
Lalu tak lama lagi purnama lelap
Dan cakrawala segera tetaskan cahaya
“ beri aku sedikit waktu lagi” , ujarku
Tapi ia enggan kompromi
Lalu ketika pagi mulai terbit
Purnamaku pergi..
Aku kembali memungut rindu yang terhempas angin malam tadi
Seperti puzzle..
Kadang aku harus merombaknya
Lalu memasangnya lagi
Di suatu detik
Ketika sua sirna




TANDA TANYA


Apalah artinya mimpi
Jika indera mati?

Apalah artinya bintang
Jika gelap hilang?

Apalah artinya sua
Jika debar tak ada?

Apalah artinya darah
Jika jantung lenyap?

Lantas,
Apa artinya sang kanan jika kiri tak lagi setia ??
Paksa tak bisa, diam tak tenang

Puisi-Puisi Ie Hadi G



DOA SEORANG ANAK DI DEPAN SEBUAH GEREJA

Bapak Yesus yang mulia
Aku sering dimarahi
Karena mengaku bahwa kau sahabatku

Aku berharap aku tidak salah
Dan izinkan aku terus melakukannya

Bapak Yesus yang terhormat
Bila klak aku bertemu muka dengan muka
Luangkan sedikit waktu untukku
Paling tidak, waktu buat peluk kakimu
Dan kaupun merangkulku
Sehingga yang sering memarahiku itu jadi tau
Ternyata benar
Kita ini sahabat

(15 Juli 2007)




SAHABAT DAN TERATAI

Tidak ada yang mau menggambar teratai di hatiku
Sekalipun telah hadir sketsa sungai di sana
Memanjang dalam benaman kabut
Yang airnya jadi tirai bagi kedalaman jantungnya

Arus
Dalam
Diam
Menelan

Yang mau menggambar teratai di hatiku ternyata tak ada

Di hadapan riak air telaga
Kupeluk bahu sahabat
Kubri kuas dan seraup tinta
Namun dia lebih memilih pergi
Membakar keringat
Menguapkan semangat
Dan tak mau menggambar di hatiku

Arus
Dalam
Diam
Menerkam
Lalu hilang

Akhirnya tinggal kupotret dalam kenangan
Rautan dari banyak nyanyian, sorak dan peluh
Bukti senyum dan getir bersama
Yang lalu lunglai dalam telaga bening
Tanpa tergambari teratai lagi

(1 Agustus 2007)



ISA

Hidup hanya semata tuk peluk duka
Mencucup segenap anggur basi
Mereguk habis semua campurannya
Itu rasa tak ada yang manis

Anak Domba
Terpasung dalam maut
Syarat langkah diri dari Elohim
Cawan tanpa isi airmata
Tanpa darah
Tidaklah cukup membasuh sekalian noda



LAYAKNYA KITA

Samper selesai dinyanyi
Banuaku masih dirintih
Dayung usai dikayuh
Prahu masih di pesisir duka
Maka mantra harus segera dirapal
Barisan kita perlu berarak
Lantakkan tanah kalau perlu
Biar penindas ciut
Lumatkan ke kubur kalau perlu
Biar gengghona dengar
Kita bangsa marah karena dera


(18 Februari 2005)



BERKAWAN DENGAN JUDAS

Penyair, saudaraku
Luap bening kata jiwamu
Selalu bersambut ciuman
Dari sederet judas
Pembenci ketulusan

Lihatlah,
Mereka tengah menggegam belati
Yang siap tusukkan khianat
Kala kita lengah


(19 Februari 2005)

Puisi-Puisi Dean Joe Kalalo


Divanda

Kutahu kau tak akan pernah membaca puisi ini, kekasih.
Sebab hatimu terlalu dalam untuk kuselam dengan kata-kata
Tapi aku tetap saja menulis puisi ini, kekasih.
Meski kabar tak akan pernah sampai
Karena takdir selalu tak sepakat dengan ketulusan
Kekasih, puisi ini tetap saja kutulis untukmu
Meski mungkin ia akan dihempas angin
Lalu pulang pada kesia-siaan
Namun bahagia kan selalu menemani keabadianku
Karena akan selalu kuingat
Aku pernah menulis sebuah puisi cinta
Untukmu .........

17 Desember 2008



Kepada Telingamu Yang Lemah

Dengan kata,
Perempuan tertidur

Dengan kata,
Perempuan bermimpi

Dengan kata,
Perempuan tersenyum

Dengan kata,
Perempuan menangis

Dengan kata,
Cinta terbunuh

2007



Sambunyi

Ngana bilang kita bisae
Mar kiapa ngana slalu haga pa kita
Deng cara bagitu

Ngana bilang kita beking pastiu
Mar kiapa ngana slalu senyum tiap kali
Bacirita deng kita

Ngana bilang kita bukang laki-laki istimewa
Mar kiapa ngana nyanda tolak waktu kita tanya pa ngana

Ngana bilang kita slalu beking dapa binci
Mar kiapa ngana manangis tahede-hede
Waktu kita kase putus pa ngana

Susah so kwa mo bilang
kalu ngana
Cinta mati pa kita

2008



Diary Setelah Pisah

Kini aku mengerti
Kenapa cinta
berwarna
Merah muda

Karena ia
Adalah simbol
Antara darah dan airmata

12 July 2009



Latah Intelektual

Hei tamang
Tau nyanda ngoni
Kalu skarang
lagi tren
Latah intelektual
Tren yang berkembang di kalangan orang-orang sorodo

tren  bakumur kata-kata ilmiah
Sampe bagabu tu lidah
tren elaborasi macam-macam teori
Sampe ta muntah-muntah

Samua fenomena luhe-luhe deng analisis
Spaya lebe mantap tu jati diri
Sbagai “budayawan”

Memang tragis
Ruang intelektual jadi tampa bapose
Tampa orang-orang ba make up
Deng macam-macam referensi
Spaya dapa lia fasung
Di mata masyarakat

Memang mengkhawatirkan
Ruang intelektual jadi pece
tampa orang-orang cari top
tampa orang-orang cari nama
mungkin dulu ambisi jadi artis
mar nya pernah kesampaian

Kasiang skali
Ruang intelektual jadi candu
Tampa orang se tunjung power
Tampa orang-orang makang puji
Beking-beking malimbuku fenomena
Spaya katu lebe dapa lia tu kesan
Sbagai orang cerdas

Tau nyanda ngoni tamang

Kalu skarang
Ruang intelektual
jadi tampa anjing-anjing
Baku-baku reno
Deng anjing-anjing laeng

Kalu skarang
Ruang intelektual
jadi tujuan
Dari orang-orang krisis identitas
Bukang jadi jalang
For mo bangong ni peradaban

So bole jo tamang
Kembalikan intelektual
Ke hakekatnya
for bangong ni kebudayaan

So cukup jo tamang
Kembalikan intelektual
Ke hakekatnya
for tampa torang
cari jalang kaluar

Bukang jadi tampa
ngoni
Beking-beking diri
Anjing-anjing!!!

7 Maret 2010



Sahabat

Hari ini
Di terminal
Di diskotik
Di balik meja
Di Mall
Di hotel
Di pasar
Di trotoar jalan
Di puncak gunung
Di kamar
Aku bersua dengan sesosok sahabat
yang sama
Sesosok sahabat bernama
sepi

23 Agustus 2010




Penyair

Ia
sang entah
Menulis lembaran dosa
Dosa yang entah
Menggelinjah sebagai darah di tintanya

Ia
menulis lagi
Untuk entah
Pada jam-jam luka
yang melagu
Bagai kidung hampa

Dan Kini
ia terkapar
Menanti kabar
Yang masih tersimpan
Pada sebait alamat
Yang entah