REKAM
JEJAK YANG TAK AKAN ADA AKHIR...
Theater Club Manado adalah organisasi kesenian, khususnya
seni teater yang berada di bawah lembaga Fakultas Sastra Universitas Sam
Ratulangi, dan didirikan pada tanggal 30 April 2006. Sebelum Theater Club
berdiri Fakultas Sastra memiliki organisasi seni yang merupakan cikal bakal
lahirnya Theater Club. Berawal dari dibentuknya organisasi Bengkel Seni oleh
sejumlah mahasiswa pegiat seni pada pertengahan tahun 1990-an. Mereka melihat
bahwa kebutuhan akan adanya suatu wadah yang bisa menampung kreatifitas seni
mahasiswa baik teater, musik, seni lukis, dll, merupakan sesuatu
yang mendesak.
Di penghujung tahun 1990-an Organisasi ini kemudian
dipecah menjadi dua organisasi yang mandiri agar lebih fokus dengan bidangnya
masing-masing. Dua organisasi itu adalah Teater Kronis dan Bengkel Musik. Pada
awal terbentuknya, Teater Kronis sangat intens melakukan pementasan-pementasan
teater, baik dalam festival teater, pentas jalanan, pentas refleksi, pentas
produksi, pentas eksibisi, serta pentas-pentas lain yang bersifat seremonial.
Sehingga eksistensi Teater Kronis cukup memberi pengaruh pada perkembangan
teater modern di Manado. Apalagi konsep dan gaya pementasan yang dihadirkan
cenderung baru atau keluar dari pakem yang sudah berkembang sebelumnya di
Manado.
Pada tanggal 1 Mei tahun 2000 sebagian pegiat Teater
Kronis berinisiatif membentuk Komunitas Pekerja Sastra (KONTRA), sebuah
organisasi independen yang terlepas dari Fakultas Sastra Unsrat.
Pembentukan KONTRA dilandasi oleh kebutuhan adanya organisasi di luar kampus
untuk mengisi kevakuman Dewan Kesenian Sulut waktu itu. KONTRA bersekretariat
di Gedung Kesenian Pingkan Matindas. Dengan hadirnya KONTRA pegiat-pegiat seni
yang berada di luar Fakultas Sastra Unsrat memiliki kesempatan untuk terlibat,
berekspresi dan bersama-sama mengeksplorasi kemampuan mereka.
Pada perkembangannya setiap anggota dari dua komunitas
ini lebih cenderung fokus bereksistensi pada satu komunitas saja. Mereka yang terlibat
aktif di KONTRA di antaranya, Ie Hadi
G (yang waktu itu menggunakan nama Ie Ladore),
Greenhill Weol, Masri Hamzah, Vick Chenorre, Imran Laha, Wawan Ulek, Aripank, dll.
Sedangkan yang tetap aktif bergiat di
Teater Kronis antara lain, Fredy Wowor, Christy Sondey, Dean Joe Kalalo, Jenry
Koraag, Yudy Lumenta, Ester Veronica, dll.
Pasca tahun 2003 Teater Kronis dan KONTRA yang sebelumnya
sangat produktif mengalami kevakuman. Hal ini disebabkan karena kesibukan
masing-masing anggotanya yang sebagian telah membentuk teater baru, dan sisanya
telah terpencar-pencar. Kevakuman ini langsung disikapi beberapa pentolan
Teater Kronis dan KONTRA dengan berinisiatif membentuk sebuah kelompok teater
baru. Alasan lain dibutuhkan kelompok baru karena Teater Kronis telah
memutuskan menjadi kelompok seni indipenden dan tidak lagi berada di bawah
lembaga Fakultas Sastra Unsrat. Akhirnya melalui sebuah rapat kecil pada bulan
April 2006, yang dihadiri empat orang inisiator, Christy Sondey, Fredy Wowor,
dan Dean Joe Kalalo dari Teater Kronis, serta Ie Hadi G dari
KONTRA, Theater Club pun didirikan. Keempat orang ini kemudian menjadi dewan
pendiri Theater Club Fakultas Sastra. Dalam rapat itu dipilihlah Dean Joe
Kalalo sebagai Ketua Umum dan Christy Sondey sebagai Sekretaris. Sejumlah
pegiat teater di Fakultas Sastra yang memiliki komitmen untuk bergabung, masuk
dalam struktur kepengurusan yang pertama ini.
Setelah struktur terbentuk kegiatan perdana yang diadakan
adalah Deklarasi Theater Club pada hari Senin 26 Juni 2006. Dalam acara ini
Theater Club mengundang sejumlah komunitas dan jaringan kerja seni untuk turut
berpartisipasi lewat pertunjukan teater, pembacaan puisi, dan live akustik.
Pada awal eksistensinya, selain perlahan-lahan membenahi
manajemen organisasi secara internal, Theater Club cukup intens mengadakan
pertunjukan lewat pementasan eksebisi, pentas festival, pentas seremonial, dll.
Pada tahun 2006 Theater Club turut mengambil bagian dalam Festival Teater PATSU
dengan mementaskan naskah Jiwa Dari Dunia Yang Hilang Jiwa karya Fredy Wowor.
Tahun berikutnya, 2007, Theater Club kembali ikut serta dalam ajang yang sama
dengan menyajikan lakon Laut Berkawan Naga Memburu karya Ie Hadi G, dan
memperoleh Juara III.
Pada Musyawarah Umum Theater Club bulan Desember 2007
yang sekaligus menjadi akhir periode kepemimpinan struktur kepengurusan
pertama, Huruwaty Manengkey dipilih untuk melanjutkan tongkat estafet
pembangunan Theater Club periode selanjutnya. Sejak saat itu pula, agar lebih
mengarah ke profesional, istilah untuk pemimpin Theater Club diganti dari Ketua
Umum menjadi Direktur Umum.
Setelah selesai ikut serta dalam Pekan Seni Mahasiswa
Nasional (Peksiminas) di Jambi tahun 2008 melalui tangkai lomba Monolog dan
Baca Puisi, Theater Club menyelenggarakan Pentas Produksi pertamanya pada
tanggal 21 November 2008, dengan menyuguhkan dua naskah sekaligus, yaitu Metamorcrazy dan Tolak yang ditulis serta disutradarai oleh
Dean Joe Kalalo. Meski bersifat sederhana produksi ini menjadi tonggak awal
komitmen Theater Club untuk menghidupkan iklim berkesenian di Manado. Telah
disadari bahwa satu-satunya cara untuk mewujudkan kemandirian sebuah kelompok
teater adalah dengan menggalakkan pentas produksi secara reguler. Pada hari
ulang tahunnya yang ketiga, 30 April 2009, Theater Club kembali melaksanakan
pementasan produksi dengan menyajikan naskah Laut Berkawan Naga Memburu, yang
ditulis Ie Hadi G dan disutradarai oleh Huruwaty Manengkey. Pada tahun ini
juga Theater Club mengambil bagian dalam Festival Teater Sulawesi Utara dengan
mementaskan naskah Metamorcrazy karya Dean Joe Kalalo dan meraih Juara Pertama.
Tahun 2010 kepengurusan Theater Club berganti, Pangky
Ponggele terpilih sebagai Direktur Umum yang baru untuk melanjutkan tugas
hingga dua tahun kedepan. Kepengurusan ini berakhir pada awal tahun 2012 dan
Achi Breyvi Talanggai dipercayakan sebagai Direktur Umum selanjutnya sampai
saat ini.
Pentas produksi Theater Club yang ketiga diselenggarakan
di luar Fakultas Sastra. Kali ini Theater Club mencoba warna baru dengan
menggarap pertunjukan bernuansa surealis. Naskah Republik Tikus yang ditulis
Dean Joe Kalalo dan disutradarai Hence Makalew tersaji di Gedung Kesenian
Pingkan Matindas pada 4 Juni 2011. Hanya berselang lima bulan kemudian, tanggal
18 November 2011, Theater Club lagi-lagi melaksanakan pentas produksi dan
menghadirkan dua naskah dengan warna yang sangat berbeda, Opera Van Sastra
karya Dean Joe Kalalo, yang parodikal dan realis, dan Usikan Nyamuk karya Ie Hadi G yang
bernuansa eksperimental. Dalam hal konsep pementasan, Theater Club tak pernah
menutup diri dan selalu bereksperimen dengan bentuk-bentuk yang berbeda.
Pertunjukan yang segar dan berkualitas menjadi prinsip utama dalam setiap
produksi Theater Club.
Regenerasi kader di internal Theater Club sendiri
dilakukan melalui penerimaan anggota (Theater Class) yang digelar setiap satu
tahun sekali. Perlahan tapi pasti satu persatu seniman-seniman muda berbakat
mulai bermunculan, dan Theater Club mulai menemukan keseimbangan posisi
pijaknya. Sejak tahun 2006 Theater Club selalu meloloskan kadernya dalam
seleksi untuk mewakili Sulawesi Utara pada Pekan Seni Mahasiswa Nasional
melalui tangkai lomba monolog dan baca puisi. Mulai Peksiminas 2006 di Makasar,
2008 di Jambi, 2010 di Pontianak, sampai 2012 di Mataram.
Tak hanya berteater saja, Theater Club juga mendorong
tiap individu yang tergabung untuk mengembangkan potensi diri melalui berbagai
kegiatan variatif seperti pelatihan manajemen organisasi, pemutaran sekaligus
bedah film yang berkaitan dengan dunia seni, pelatihan menulis karya sastra
(puisi, cerpen & naskah drama), musikalisasi puisi, diskusi dan bedah buku
karya sastra baik penulis lokal maupun internasional, ajang modeling, tarik suara/nyanyi, dan Pembawa
Acara (Master of Ceremony). Melalui proses kaderisasi ini, sejumlah penulis
berbakat telah lahir dan mempublikasikan karyanya dengan menerbitkan buku
(Kumpulan Puisi, Kumpulan Cerpen, Novel, dll) yang difasilitasi oleh Theater
Club sendiri.
Theater Club dengan filosofi kemandiriannya mampu
mendorong semua anggota agar kemudian juga mampu mendewasakan dirinya dan
menjadi mandiri. Tak hanya ketika bersama Theater Club, tapi juga di luar
lingkup Theater Club.***
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
BalasHapusKalau ada nomor hp Masri Hamzah minta ya... Plz... Kita pe tamang wkt di faksas.
BalasHapusTrims
Deswin Dzulka