Senin, 07 Februari 2011

Puisi-Puisi Patricia Picauly

DIA


Dia berjalan tertatih-tatih
Desah nafas seakan membeku di larutnya malam
Perjalanan yang baru ia lewati sungguh menorehkan luka
Sekali lagi hatinya tercabik-cabik
Meladeni jiwa yang haus akan surga
Dimana ujung cerita ini?
Jika tak ada yang memberinya cahaya
Namun merampas putihnya
Suaranya berteriak mencapai langit kelam
Haruskah ia bersahabat dengan hitam demi sesuap nasi?
Tak adakah dunia menunudukkan kepala melihatnya?
Sadarkah dia?
Ceritakanlah padanya
Bumi ini bosan lahir dari uang saja
Seonggok benda itu tak’kan mampu melayangkan jiwanya
Berhentilah meludahinya
Berhentilah menendangnya
Berhenti...!!!
Tunjukkan indahmu
Agar ia tahu, masih banyak bintang yang menerimanya
Bagaimanapun dia




TAHU MALU


Tahu malu sedikit
Tidak ada yang dapat memuji kekonyolan kalian
Tidak ada yangg tersenyum mendengar tawa paksa kalian
Tidak penting...
Mereka hanya akan memandang sebelah mata
Orang yang membusungkan dadanya
Sementara tak ada yang pantas di banggakan
Kosong!!!




SURGA? NERAKA?


Hai neraka
Apa kata surga tentangmu?
Mungkinkah kau begitu hina di matanya?
Mungkinkah kau jauh lebih rendah dari padanya?
Kau hanyalah pembuangan makhluk kotor
Menyiksa namun tak membunuh
Puaskah kau akan itu?
Banyak yang tak ingin bertamu di tempatmu
Behkan melarikan diri
Tapi jangan khawatir...
Meski demikian, rumahmu tak akan pernah sepi
Mau tak mau mereka harus menemanimu
Hai surga
Apa kata neraka tentangmu?
Mungkinkah kita ditakuti olehnya?
Atau sebaliknya tidakkah ia menganggap penghunimu bodoh?
Mengapa tidak?
Kau hanyalah khayalan indah semata
Percaya belum tentu pasti
Mampukah kau meyakinkan itu?
Banyak yang meragukan kemegahanmu
Tapi jangan khawatir
Lebih banyak lagi yang memujamu
Menantikan kehadiran di tempatmu
Merasakan damai yang di ciptakan
Demikian pula jiwaku..





KITA KUA


Ih..biar jo no dorang mo bilang apa...
Kita kua...
Biar le dorang mo bilang kita talalu vulgar, kiapa so?
Kita kua..
Musti so mo bicara akang orang pe kalakuan..
Nentau diri sandiri lebe kutuk
Eh, bakaca kua ngoni itu sapa!
Jangan lupa akar!!
So butul so tu ngoni da bekeng skarang?
Kiapa..lantaran so dudu di kursi raja?
Bae-bae tre tu kursi bale banting pa ngoni..

Eh, kita mo bekeng apa kek, mo bilang apa kek..
Kita kua..
Nda perlu to mo pasang tu muka-muka postema
So tau kua hebat!!
Nda ada yang boleh mo kase kalah pa ngoni
Ngoni pe kebusukan!!
Kalo nda senang , bilang...
Kalo senang, badiam jo..!
Kalo pastiu, ya sudah
KITA KUA




KEPASTIAN


Bimbang...
Kesal...
Kekuatan yang ku ciptakan sendiri
Mulai goyah dan bersiap runtuh
Merasakan ketidakpastian yang mulai mencuat

Kemunafikan yang terpancar dari hati
Melahirkan kekecewaan yang mendalam

Pahit yang mencair dari empedu cinta
Mulai  mengalir membasahi wajah
Telaga air mata telah mengering
Kini di banjiri dengan dusta
Entah apa yang di ucap nanti
Adakah maaf itu?
Adakah kejelasan itu?


Rasanya penantian tak ada iba lagi
Menanti kepastian oleh jiwa yang di nantikan
Untuk meyakinkan hati yang lelah

Sampai kapan?

Aku pun tak tahu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar