DOA SEORANG ANAK DI DEPAN SEBUAH GEREJA
Bapak Yesus yang mulia
Aku sering dimarahi
Karena mengaku bahwa kau sahabatku
Aku berharap aku tidak salah
Dan izinkan aku terus melakukannya
Bapak Yesus yang terhormat
Bila klak aku bertemu muka dengan muka
Luangkan sedikit waktu untukku
Paling tidak, waktu buat peluk kakimu
Dan kaupun merangkulku
Sehingga yang sering memarahiku itu jadi tau
Ternyata benar
Kita ini sahabat
(15 Juli 2007)
SAHABAT DAN TERATAI
Tidak ada yang mau menggambar teratai di hatiku
Sekalipun telah hadir sketsa sungai di sana
Memanjang dalam benaman kabut
Yang airnya jadi tirai bagi kedalaman jantungnya
Arus
Dalam
Diam
Menelan
Yang mau menggambar teratai di hatiku ternyata tak ada
Di hadapan riak air telaga
Kupeluk bahu sahabat
Kubri kuas dan seraup tinta
Namun dia lebih memilih pergi
Membakar keringat
Menguapkan semangat
Dan tak mau menggambar di hatiku
Arus
Dalam
Diam
Menerkam
Lalu hilang
Akhirnya tinggal kupotret dalam kenangan
Rautan dari banyak nyanyian, sorak dan peluh
Bukti senyum dan getir bersama
Yang lalu lunglai dalam telaga bening
Tanpa tergambari teratai lagi
(1 Agustus 2007)
ISA
Hidup hanya semata tuk peluk duka
Mencucup segenap anggur basi
Mereguk habis semua campurannya
Itu rasa tak ada yang manis
Anak Domba
Terpasung dalam maut
Syarat langkah diri dari Elohim
Cawan tanpa isi airmata
Tanpa darah
Tidaklah cukup membasuh sekalian noda
LAYAKNYA KITA
Samper selesai dinyanyi
Banuaku masih dirintih
Dayung usai dikayuh
Prahu masih di pesisir duka
Maka mantra harus segera dirapal
Barisan kita perlu berarak
Lantakkan tanah kalau perlu
Biar penindas ciut
Lumatkan ke kubur kalau perlu
Biar gengghona dengar
Kita bangsa marah karena dera
(18 Februari 2005)
BERKAWAN DENGAN JUDAS
Penyair, saudaraku
Luap bening kata jiwamu
Selalu bersambut ciuman
Dari sederet judas
Pembenci ketulusan
Lihatlah,
Mereka tengah menggegam belati
Yang siap tusukkan khianat
Kala kita lengah
(19 Februari 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar