Rabu, 22 Juni 2011

SEMUANYA MEMBURU BAK DENTINGAN JARUM JAM BERGERAK MENJEJALI ANGKA 1 SAMPAI 12

(sebuah reportase pementasan)
Christy Sondey

Menjelang sore, pada kepadatan lalu-lintas Manado yang memuat ribuan kendaraan hilir- mudik, lebih kepada pemandangan sebuah kota besar namun kecil ruangnya, hingga besar kelihatan kecil, dan kecil kelihatan besar.

Ku pacu langkah kaki ini., segera.. itu kata yang memompa adrenalin sampai ke otak hingga kedua kaki terasa pegal,,waduh, mereka pasti jengkel dengan saya yang belum menunjukkan hidung ku yang mancung ini,,lebih parah lagi si Brandal sainganku itu,,bisa saja mensabotase semua pekerjaan yang ada,,nanti habis bagianku..hah.hah.hah,,

CELOTEH EPHIE

Epi Pangkey
Pada jaman dahulu kala...
Di sebuah dusun kecil...
seorang yang sangat miskin bernama Vick Chenorre hidup...
Hanya beralaskan tanah... dya hidup dengan makan pisang seadanya dan main laptop di areal wi-fi dusun itu...

Suatu hari seorang penyihir jahat bernama Ampuang Gedoan mengganggu ketertiban di daerah pinggir pantai...

OMBONG

Agnes Assa
Ombong ..
Sekarang perjalanan so amper stengah, rasa dingin so mlai sengat ja dpa rasa pa ta pe kulit ..
Ribut ! Ujang keras tambah deng guntur ...
Beking jantung ba pompa cpat ...
Kaca oto mulai ba ombong , jalan so mulai ndak ja dapa lia ...
Baele sopir pe mata masih terang ...
Tambah le, aksesoris salib da ta gantong di bawah kacang bayang beking torang percaya mo tiba deng selamat ....

Puisi By Achi..

aku ???

siapakah aku ??
semakin hari aku hampir terhilang..
yahh..
terhilang dari bayang bayang nyata..

siapakah aku ??
semakin ku mencoba membuka mataku,
semakin erat bola mataku menutup rapat..

siapakah aku ??
apakah aka hanya sekedar doa ?
ataukau hanya seonggok harapan ?
atau bahkan hanya segumpal sesal ?

otakku tak mampu beroperasi terlalu jauh
jika hanya untuk memecahkan siapa diriku..

bulan pun enggan..
apa lagi mentari..
bahkan pucuk pucuk angin tak mampu mengisyaratkan
siapa sebenarnya aku..!!

woooooww!!!
sialan kau AKU!!!!!!!!!
bangsath!!!

wwwooooww!!!
siapa yang ingin melawanku ?
hantam kepalaku saja!!
jangan wajahku..

karna dengan begitu mungkin aku bisa tersadar..
atau terbangun..
lalu menyadari siapakah aku...!!

hingga detik detik ku tutup tulisanku ini,
aku masih tak tahub siapakah aku.!!

puiihhh..!!
aku tak ingin membayangkan siapakah aku lagi..!!

biarlah hatiku menderai..

SEBUAH REPORTASE YANG SERING DILIHAT DI TELEVISI TETAPI TIDAK DISIARKAN...HOHOHO


Oleh : PANGKY PONGGELE

Seperti hari sebelumnya...lagi – lagi saya terlambat...wah...ana sangat bermasalah dengan waktu dong kalu githu...maafkan Dirum kalian ini ya...! wah ini hari lagi aku melewatkan kesempatan untuk mandi dan bergegas ke sekretariat Theater Club..Soalnya ibu Produser sudah marah – marah...
Di sekretariat anggota belum banyak yang berkumpul...sayapun sibuk membantu bapak Sutradara untuk menyiapkan beberapa properti yang bisa dikumpulkan...
Sembari sibuk menyiapkan properti – properti saya meresakan keganuan yang amat sangat dan sayapun bergegas untuk basiaram rabu – rabu dikos...pas ba bale, e... dorang so di atas oto kong so lebe dulu ke pinkan matindas...

Sabtu 4 juni 2011
Tak terasa pentas produksi Theater Club akan dilaksanakan hari ini yang akan melakonkan naskah “Republik Tikus” Dean Joe Kalao yang akan disutradarai oleh Hans liberty Makalew.
Dari pagi tampak sibuk apalagi kalo so di pinkan...maklum torang belum pernah observasi panggung dan tempat...itu pun dikarenakan sesuatu dan lain hal...tapi hal ini tidak menurunkan semangat dan rasa yang terus mengebu – gebu ketika tiba di pinkan...semua tampak sibuk...kong ana dapa inga torang butuh printer...langsung saja tanpa berhitung...”king, iko deng kita...”
King le io io...pas dijalan king da tanya “torang mo kemana pang?,torang mau beli rokok dikampus..(hahahahah)”tertawa jo untuk mengisi rasa lelah yang tengah membebani...kita deng king da mau pi ambe printer pa sayangku KRISTI SUTARNO yang sekaligus juga untuk mengingatkan ke dia kalu bisa merekam pementasan ini...
Memang pentas produksi kali ini terasa berbeda dengan pentas produkis sewaktu ana masih menjadi “Raising Star” bersama 3 Idiots ditahun 2009 dan sekarang so jadi Dirum...wah perasaan yang terus bercampur aduk ini dan pikiran yang negatif berusaha ku buang jauh – jauh dari ruang pementasan ini...
Selaku Dirum ana so gambar akan banyak kritikan,tamparan,sangahan,tekelan,dan caci maki yang akan tersedia yang seakan siap disantap...
Begitu fani memasuki panggung seakan ada yang meniupkan peluit tanda kick off sudah dimulai dan tak ada jalan mundur lagi...
Ibu Produser Paramitha Koagow pun membuka acara ini...satu persatu performencepun timbul...baca puisi oleh saudara eco,billy, dan atraksi sulap dari Dirum Theater di Politeknik Manado...


Para Aktor dan Aktris
Kunci untuk mendapatkan akting yang sempurna tentu saja sama seperti yang sudah warrior coy katakan adalah imajinasi...dan tentu saja bagi kita warrior udung belum mendapatkan imajinasi yang maksimal karena klimaks naskah ini akan dimulai dari W.U.
Akan tetapi saya yakin dan percaya semua aktor dan aktris sudah berusaha untuk mendapatkan imajinasi yang selama ini terpendam tetapi mungki saja belum maksimal...

TIM PRODUKSI
Tim produkis kali ini sungguh diluar dugaan yang mampu untuk melaksanakan pementasan yang berada di luar kandang...sungguh capaian yang luar biasa yang tidak bisa dianggap sebelah mata walaupun belum maksimal...
Acungan jempol pantas untuk diberikan kepada saudari Paramitha Koagow yang bisa mengiring timnya untuk bekerja dengan segala macam kritikan yang masuk...(salut untuk artis score kita)

S.I.P. Rabu 8 June 2011





Minggu, 19 Juni 2011

Pentas Produksi Republik Tikus: Sebuah Catatan Yang Tersisa

Oleh:
Ie Hadi G

Produksi pertunjukan teater yang digagas Theater Club Manado (TCM) pada tanggal 4 Juni 2011 yang belum lama ini dihelat di Gedung Kesenian Pingkan Matindas Manado patutlah ditandai sebagai tonggak penting dari sejarah perteateran di Sulawesi Utara. Digawangi produser muda Paramitha Koagow dan wajah baru dari sosok sutradara Hans Liberty Makalew, naskah Republik Tikus karya Dean Joe Kalalo akhirnya berhasil dihadirkan sebagai sebuah sajian pertunjukan dengan warna yang berbeda.
Peranan TCM sejak berdiri tahun 2006 memang selalu berada sebagai penyelamat kancah perteateran Sulut; sejak mengalami fase sepi tatkala para praktisi teater Sulut hanya sibuk mengurusi lomba-lomba teater namun enggan menunjukkan eksistensi keseniannya yang lebih nyata melalui sebuah manejemen produksi yang digarap profesional, tanpa menempeli bentuk gelaran kegiatan lain.
Menurut Huruwaty Manengkey, mantan Direktur Umum TCM, sejauh ini organisasi teater yang bermarkas di Fakultas Sastra Unsrat Manado tersebut telah berhasil melakukan pentas produksi sebanyak lima kali.
Di antara kerunyaman penggarapan yang berkaitan dengan berbagai hal seperti tempat latihan, kedisiplinan tim produksi dan penyutradaraan, minimnya dana, serta beberapa kendala teknis lainnya; Republik Tikus (RT) tetaplah sebuah sajian pertunjukan yang paling dinantikan oleh publik seni pertunjukan di Sulut. Jenry Koraag, seorang pelaku seni sekaligus anggota Litbang TCM, mengakui pertunjukan RT telah mampu menjawab ‘kehausan’ kreatifitas Sulut. “Sekalipun masih banyak kekurangan secara teknis penggarapan, namun secara umum pertunjukan tersebut merupakan hal yang luar biasa”, papar Koraag.
Edy Saleh, salah satu penonton, mengungkapkan rasa salutnya terhadap langkah yang ditempuh TCM yang senantiasa berkiprah dan menjawab kerinduan banyak pihak yang senantiasa mengharapkan adanya pertunjukan teater seperti itu.
Sementara itu, Fredy Wowor, pelaku seni, mengatakan, “Yang saya apresiasi dari pertunjukan ini adalah kemampuan Theater Club yang bisa menghadirkan wajah-wajah baru di atas panggung”.(***)