Senin, 07 Februari 2011

Naskah Drama Ie Hadi G: "Usikkan Nyamuk"




Sebuah ruangan. Alat musik. Beberapa orang sibuk membersihkan tempat untuk tidur. Dua orang lain masuk, saling susul. Saling diam. Saling menyapa.

Timadde          : Nora

Nora                : Diam…!

Timadde          : Sayangku

Nora                : Aku tidak mau mendengarkan apa-apa darimu, Tua Bangka !

Timadde          : Nora, Sayangku

Nora                : Diam, mulut busuk !

Timadde             : Nora, angin sepoi-sepoi akan menyiksamu. Membuat engkau tertidur lalu terkapar mati olehnya. Kau tahu, dia juga akan segera bersekongkol dengan angin itu untuk menyiksamu.

Nora                : Cukup ! Aku tidak tahan lagi bila engkau menakut-nakuti terus menerus seperti itu dalam setiap perjumpaan kita.

Timadde          : Dengarkan dulu lanjutannya, Sayangku.

Nora                : Tidak ! Bila kau masih ingin melanjutkannya maka aku akan menggigitmu, Timadde !

Timadde          : Ow…!

Timadde terdiam sesaat. Kecewa. Lalu dia tersenyum dengan sebuah pertanyaan baru di benaknya.

Timadde          : Nora, Sayangku. Kau masih ingin mendengarkan hal-hal terhebat dalam dunia ini, kan ?
Kau tahu mengapa Tuhan menciptakan nyamuk ?
Hampir semua ciptaanNya memiliki guna bagi hidup manusia. Anjing, bisa menjaga harta tuannya; Kuda, bisa ditunggangi; Kerbau, bisa dicocok hidungnya dan bisa dicambuk untuk membajak sawah. Tapi, Nyamuk…?! Tidak ada gunanya selain mengganggu kenyamanan tidur.

Nora                : Menarik juga. Lanjutkan, Timadde !

Timadde          : Kau tahu, tadi malam sewaktu angin sepoi-sepoi membuai kemanjaanku, aku tertidur. Eh, tepatnya tidurku belum teramat nyenyak. Aku masih bisa mendengar dengungannya. Si Bangsat itu, Nyamuk, terus-menerus menderu dan meraung seumpama pesawat di dekat telingaku. Aku menepisnya sekali, dua kali, lima kali, sembilan belas kali, sampai aku benar-benar marah. Aku bangun. Kantukku benar-benar hilang. Kuumpati, bahwa makhlukyang tidak ada gunanya bagi manusia bahkan bagi bumi ini cuma dia satu-satunya, Nyamuk.

Nora                : Kasihan sekali. Kenapa tidak kau balas ? Cari dia. Tiup dia, tepat seperti angin sepoi-sepoi meniupmu. Bila dia sudah hampir tertidur, kejutkan dia dengan satu teriakkan : Woooiii…!

Timadde          : Tidak, Nora ! Aku justru memintanya dengan sangat agar dia dan angin bersekongkol untuk menyiksamu setiap malam. Ha…ha…!

Nora                : Kau mulai menyinggungku lagi. Awas, kau akan kugigit dan kupatahkan lehermu sekarang juga.

Mereka berkejaran sampai kehabisan tenaga. Napas satu-satu. Beberapa orang menyalakan obat bakar anti nyamuk, siap-siap tidur tapi terganggu lagi oleh kegaduhan Nora dan Timadde.

Timadde          : Nora, masih hidupkah kau ?
Nora ?
Apa kau pingsan ?

Nora                : Eh… Tua Reyot ! Aku masih lebih kuat darimu. Justru aku sedang menunggu kapan engkau terkapar, tak berdaya. Dan, nyamuk itu…meraung di telingamu. Menggigit bibirmu. Kau tersadar. Marah. Lalu mati dalam kemarahanmu. Timadde, bila kau telah mati, aku akan memasang di kuburmu sebuah papan yang bertuliskan : “DI SINI TERBUJUR TIMADDE RENTAH. MATI OLEH NYAMUK, DENGAN BIBIR BENGKAK BERDARAH“. Tulisan itu akan menjadi semacam penyakit yang menjangkiti semua orang yang sering mengusik sesamanya seperti halnya kau yang menggangguku.

Timadde          : Nora, mengapa engkau memiliki pikiran yang begitu kejam ?

Nora                : Karena aku akan menjadi nyamuk di dalam kehidupanmu. Dan, musik itu akan menjadi angin sepoi-sepoi yang akan meninabobokkanmu.

Timadde          : Hentikan, bangsat ! Aku tidak akan mengganggumu. Tolong jangan ganggu aku lagi. Bila kau nekat, aku bakal menghajarmu hingga mampus.

Timadde menyepi. Nora memainkan musik dengan nyanyian-nyanyian yang sangat mengganggu. Nora bersekongkol dengan angin, menjelma jadi nyamuk yang sangt menyiksa orang tua itu. Timadde bangkit dengan marah. Mereka kembali berkejaran sampai hilang. Sampai ke gelap malam. Beberapa orang itu akhirnya tidur dengan lelap.***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar